Oleh : Fajar Agustanto
Web : www.ggs001.cjb.net
Panas terik matahari, bersinar. Terlihat bayang-bayang fatamorgana didepan aspal yang aku lewati. Panas sekali. Angkot yang aku tumpangi pun, malaju dengan kecepatan yang sedang. Bagaikan menikmati hawa panas yang menyengat kulit. Apalagi aku, dengan jilbabku ini. Keringat sudah dari tadi mengalir deras ditubuhku. Tetapi, karena aku memakai pakaian yang berlapis. Dengan jilbab yang mengurai lebar dan besar. Sehingga mungkin keringatku tertahan. Dan tidak sampai membuatku menjadi terlihat sebagai pepesan akhwat. Tetapi, tidak sedikit pula keringat yang mengalir deras diwajahku. Beberapa kali orang melihatku. Mungkin, mereka berfikir panas-panas kok pakai jilbab, besar pula. Tak seberapa lama, benar juga pikirku. Seseorang ibu melihatku dengan penuh tanya.
Ibu itu mengatakan “Mbak, apa nggak gerah! Pakai jilbab yang besar seperti itu?”
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ibu itu hanya terlihat dengan senyumnya. Entahlah, senyuman apa yang diberikan ibu itu kepadaku. Mungkin senyuman rasa kasihan, karena keringat diwajahku terus mengalir deras. Tapi aku tak perduli.
Cuaca panas inilah yang menjadi pembenar. Untuk melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sang Al Haq. Dengan berbagai alasan, banyak wanita yang enggan atau tidak mau memakai jilbab. Sungguh ironis dalam sebuah agama terbesar di Negara ini. Lucu sih, alasan tidak memakai jilbab karena cuaca dinegara ini yang bersifat tropis. Padahal, di Arab. Cuacanya tidak kalah panasnya, bahkan lebih panas dibandingkan Negara ini. Tetapi toh, tidak menyurutkan para wanita yang berada di Arab untuk berjilbab.
Panas tetap menyertaiku dalam sebuah mobil angkot yang sangat pengap. Tak jarang, bau keringat pun menyengat. Entah itu bau keringat siapa. Supir angkot, kenek, atau bahkan penumpang lain. Yang penting aku tidak merasa tubuhku berbau. Meskipun aku berjilbab. Aku tidak ingin tubuhku berbau badan yang tidak enak. Tetapi tetap aku juga tidak mau tubuhku harum ditempat yang tidak semestinya. Aku tidak mau dianggap sebagai wanita murahan dalam agamaku. Apalagi dituduh sebagai wanita nakal karena memakai wewangian bukan pada tempatnya.
Angkot tetap melaju pada setiap detik hawa panas yang menyengat aspal. Memang berat hari ini. Tetapi aku harus tetap datang dipertemuan. Beberapa kali aku diundang, tetapi aku sering ada acara lain. Maka ini saatnya aku harus menyempatkan untuk datang di teman-teman LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Hembusan angin yang keluar dari jendela angkot. Membuatku sedikit merasa nyaman.
Hem, sampai juga akhirnya! Ucapku dalam hati.
..........................
Ingin membaca lebih? Download filenya disini atau klik download dibawah
Ibu itu mengatakan “Mbak, apa nggak gerah! Pakai jilbab yang besar seperti itu?”
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ibu itu hanya terlihat dengan senyumnya. Entahlah, senyuman apa yang diberikan ibu itu kepadaku. Mungkin senyuman rasa kasihan, karena keringat diwajahku terus mengalir deras. Tapi aku tak perduli.
Cuaca panas inilah yang menjadi pembenar. Untuk melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sang Al Haq. Dengan berbagai alasan, banyak wanita yang enggan atau tidak mau memakai jilbab. Sungguh ironis dalam sebuah agama terbesar di Negara ini. Lucu sih, alasan tidak memakai jilbab karena cuaca dinegara ini yang bersifat tropis. Padahal, di Arab. Cuacanya tidak kalah panasnya, bahkan lebih panas dibandingkan Negara ini. Tetapi toh, tidak menyurutkan para wanita yang berada di Arab untuk berjilbab.
Panas tetap menyertaiku dalam sebuah mobil angkot yang sangat pengap. Tak jarang, bau keringat pun menyengat. Entah itu bau keringat siapa. Supir angkot, kenek, atau bahkan penumpang lain. Yang penting aku tidak merasa tubuhku berbau. Meskipun aku berjilbab. Aku tidak ingin tubuhku berbau badan yang tidak enak. Tetapi tetap aku juga tidak mau tubuhku harum ditempat yang tidak semestinya. Aku tidak mau dianggap sebagai wanita murahan dalam agamaku. Apalagi dituduh sebagai wanita nakal karena memakai wewangian bukan pada tempatnya.
Angkot tetap melaju pada setiap detik hawa panas yang menyengat aspal. Memang berat hari ini. Tetapi aku harus tetap datang dipertemuan. Beberapa kali aku diundang, tetapi aku sering ada acara lain. Maka ini saatnya aku harus menyempatkan untuk datang di teman-teman LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Hembusan angin yang keluar dari jendela angkot. Membuatku sedikit merasa nyaman.
Hem, sampai juga akhirnya! Ucapku dalam hati.
..........................
Ingin membaca lebih? Download filenya disini atau klik download dibawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar